Rabu, 24 September 2008

TEKNIS BETERNAK SAPI POTONG

TEKNIK BETERNAK SAPI POTONG














Oleh:
NUR HAFID, S.Pt



























PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
DINAS KEHEWANAN
JL. PAMENANG NO. 40 Tlp/Fax. (0354) 681890
KEDIRI



_______________________________________________
Disampaikan pada



PENDAHULUAN

Kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun selalu meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan selalu negatif, artinya permintaan lebih tinggi daripada peningkatan daging sapi sebagai konsumsi manusia.
Kebijakan Pemerintah, sapi potong sebagai salah satu usaha perlu terus dikembangkan. Bantuan Pemerintah dalam mendukung pengembangan sapi potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas, seperti kredit penggemukan sapi, bantuan bagi hasil dan lain sebagainya.
Begitu potensialnya pengembangan sapi potong dalam kebijaksanaan Sub Sektor Peternakan, sehingga sudah sewajarnya memperoleh perhatian petani – ternak untuk dipilih sebagai salah satu usaha.
Program peningkatan usaha peternakan sapi potong tradisional kearah usaha peternakan yang lebih maju, dan menguntungkan tidak terlepas dari :
Penggunaan bibit sapi potong yang baik dan unggul
Perbaikan makanan, baik kwalitas maupun kwantitasnya
Menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik
Penjagaan dan perawatan ternak sapi potong, terutama penjagaan kesehatan
Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan.

BANGSA SAPI POTONG YANG DIKEMBANGKAN DI INDONESIA
a. Sapi Bali
Merupakan sapi keturunan Bos Sondaicus yang berhasil dijinakkan dan mengalami perkembangan pesat dipulau bali. Sapi Bali asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng, kecuali ukurannya relatif kecil karena pengaruh penjinakan.
Ciri-ciri sapi bali adalah pada saat pedet memiliki bulu sawo matang. Betina dewasa berbulu merah bata sedangkan yang jantan dewasa berwarna hitam. Ciri yang menonjol adalah warna bulu putih pada bagian belakang (mulai dari pelvis sampai bawah.
b. Sapi Ongole
Merupakan sapi keturunan Bos Indicus yang berhasil dijinakkan di India. Sapi Ongole masuk Indonesia pada abad ke 19 dan dikembangkan di Pulau Sumba, sehingga lebih popular dikenal sebagai sapi Sumba Ongole (SO). Sedangkan di Pulau Jawa terjadi perkawinan dengan sapi betina Jawa menghasilkan keturunan yang disebut Sapi Peranakan Ongole (PO).
Ciri-ciri sapi Ongole ditandai dengan punuk yang besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan dibawah leher dan perut. Sapi jantan mempunyai tanduk pendek dan hampir tak terlihat, sedangkan yang betina mempunyai tanduk yang panjang. Warna bulu sapi Ongole pada umumnya adalah putih kusam atau agak kehitam-hitaman, dan warna kulit kuning.
c. Sapi Madura
Sapi Madura ini merupakan hasil persilangan antara Bos Sondaicus dengan Bos Indicus, sehingga mempunyai cirri warisan dari kedua golongan sapi tersebut.
Ciri sapi Madura mempunyai punuk yang kecil merupakan warisan dari bos indicus dan warna bulu coklat atau merah bata diwarisi dari bos sondaicus. Pada kepalanya terdapat tanduk melengkung kedepan dengan melingkar bulat sabit.
Dalam perkembangannya di Indonesia, sejak tahun 1910 sapi jenis madura ini sudah diusahakan kebakuannya, sehingga keturunannya memiliki karakteristik yang seragam.
d. Sapi Brahman
Jenis sapi ini merupakan keturunan dari Bos Indicus yang berhasil dijinakkan di India, tetapi mengalami perkembangan pesat di Amerika Serikat dikenal dengan nama American Brahman.
Ciri dari sapi Brahman adalah mempunyai punuk yang besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan di bawah leher dan perut. Mempunyai gelambir dari rahang bawah sampai bagian ujung tulang dada bagian depan. Sapi Brahman memiliki warna bulu putih keabu-abuan dan juga berwarna merah. Bila dipelihara dilingkungan tropis, seperti Indonesia, sapi ini mempunyai daya tahan yang kuat serta mempunyai ketahanan terhadap gigitan caplak.
e. Sapi Limousin
Merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berhasil dijinakkan dan dikembangkan di Perancis. Sapi Limousin di Indoneia dipelihara di Balai Inseminasi Buatan Singosari Malang dan Lembang untuk digunakan untuk meningkatkan genetis sapi potong Indonesia dengan pragram Inseminasi Buata.
Ciri dari sapi jenis ini, mempunyai bulu berwarna merah mulus, dan tumbuh agak panjang di bagian kepala. Mempunyai mata yang awas, kaki tegap, dada besar dan dalam. Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak mengecil tetapi bagian pinggul dan paha cukup besar, penuh daging dan sangat padat.
f. Sapi Simmental
Sapi ini berasal dari negara swiss, nama Simmental diambil dari nama lembah di Switzerland yaitu lembah Simme.Sapi ini mempunyai produksi susu yang baik selain produksi daging, sehingga sering disebut dengan dual purpose. Sapi ini di Indonesia sudah digunakan sebagai pejantan yang dipelihara di BIB.
Ciri dari sapi Simmental , bulu berwarna merah ,uda atau krem dengan wajah berwarna putih. Kadang-kadang erdapat bintik-bintik putih atau garis putih pada nahunya. Sapi ini berukuran besar dan mempunyai sifat perdagingan yang baik.
g. Sapi Abeerden Angus
Berasal dari daerah Abeerden shire dan Angushire Sotlandia. Sapi ini di Indonesia dikenal dengan sebutan Angus dan sudah digunakan untuk program perkawinan silang dengan menggunakan Inseminasi Buatan.
Ciri dari sapi Aberrden Angus adalah, warna bulu dan kulitnya hitam legam, Tubuhnya kuat dan padat (kekar), kakinya
pendek dan tidak bertanduk yang merupakan sifat dominan, artinya jika dikawinkan dengan betina bertanduk keturunannya sebagian besar akan tidak bertanduk.

PEMILIHAN BIBIT SAPI
Pemilihan Bibit
Pemilihan sapi potong bibit dan bakalan yang akan diusahakan , akan tergantung pada selera petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang menjadi pilihan peternak adalah sapi potong yang pada umumnya dipelihara disuatu daerah atau lokasi peternakan dan yang paling mudah pemasarannya.
Di Indonesia cukup banyak banyak dikenal sapi potong local, jenis sapi potong import, maupun sapi peranakan atau hasil persilangan antara sapi bangsa Asia dengan sapi Bangsa Eropa yang dikembangkan dengan program Inseminasi Buatan (Kawin Suntik).
Penilaian keadaan individual sapi potong yang akan dipilih sebagai sapi potong bibit atau bakalan, pada prinsipnya didasarkan pada umur, bentuk luar tubuh, daya pertumbuhan dan temperamen. Bila mungkin sangat dianjurkan mengetahui sejarah sapi yang berkaitan dengan penyakit.
Namun secara praktis, pada umumnya yang dipergunakan dalam penilaian individual, adalah mengamati bentuk luar, yakni bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah tidak terlepas dari factor genetis sapi potong.
Menaksir Berat Sapi
Memberikan taksiran berat sapi, merupakan salah satu akupan keterampilan menjadi tuntutan bagi petani ternak. Dengan taksiran yang baik, orang bisa mengetahui patokan harga penjualan ataupun pembelian sapi.
Secara sederhana dan praktis, dapat digunakan rumus terapan sebagai berikut :
BERAT SAPI = Pt x Ld x 70

HARGA SAPI = Bs x 0,5 x Hds

Keterangan :
Pt = Panjang tubuh sapi
Bs = Berat sapi
Ld = Lingkar dada sapi
Hds = Harga daging sapi per Kg
3. Menaksir Umur Sapi
Menaksir umur sapi perlu dikuasai oleh seorang peternak karena pengetahuan ini dapt digunakan sebagai dasar seleksi sapi yang akan dibeli dan dipelihara, baik sebagai bibit atau untuk digemukkan. Besar kecilnya tubuh sapi bukan ukuran umur, karena bisa saja sapi sudah tua, tetapi kurus akibat pemeliharaan yang buruk ataupun karena penyakit.
a. Taksiran dengan metode gigi
Prinsip taksiran dari gigi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi sapi. Pertumbuhan gigi sapi terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap.
- Sapi yang mempunyai gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar kurang dari 1,5 tahun
- Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 2 tahun
- Sapi yang mempunyai gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai umur sekitar 3 tahun
- Sapi yang memiliki tiga pasang gigi tetap pada rahang bawah mempunyai umur sekitar 3,5 tahun
- Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap (4 pasang) mempunyai umur sekitar 4 tahun
- Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap, tapi 25 % bagian telah aus mempunyai umur sekitar 6 tahun
- Gigi tetap bagian yang aus 50 %, mempunyai umur sekitar 7,5 tahun
- Gigi tetap aus 75 % bagian, mempunyai umur sekitar 8 tahun
- Semua gigi tetap sudah aus, mempunyai umur di atas 8 tahun

b. Taksiran menggunakan metode lingkar tanduk
Secara umum sejak umur 6 bulan, tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.
Pada sapi betina yang secara teratur melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan tanduknya. Maka pedoman memberikan taksiran umur sapi betina dewasa adalah banyaknya lingkaran pada tanduk ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat dihitung jumlah lingkaran pada tanduk ditambah 5 tahun.
Yang perlu diingat adalah penaksiran dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.

KANDANG SAPI
Pembuatan kandang harus diusahakan bisa memberi rasa nyaman dan tentram bagi ternak, sebab kenyamanan kandang akan menunjang proses biologis ternak. Misalnya proses memahbiaknya, pencernaannya, metabolisme dan sebagainya. Ternak yang hidup dan istirahatnya nyaman proses biologisnya akan sempurna sehingga laju pertumbuhan dan produktivitasnya akan lebih sempurna pula.
Kandang sapi potong bisa dibuat dari bahan-bahan yang sederhana dan murah, tetapi harus dibuat dengan kontruksi yang kuat. Adapaun persayaratan teknis yang diperlukan adalah:
a. Kontruksi, diusahakan cukup kuat, terutama tiang-tiang utama bangunan, walaupun dengan bahan bangunan yang sederhana.
b. Atap, dicari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap panas kecil (untuk kandang dilokasi panas). Sedang untuk daerah dingin dicari bahan yang mempunyai daya serap panas besar.
c. Dinding, Diusahakan dari bahan yang baik, perlu diperhitungkan ventilasi yang menjamin pertukaran udara secara teratur dan dihindarkan dari angin kencang.
d. Lantai, Diusahakan lantai yang berlubang-lubang kecil dengan maksud untuk menjaga kekeringan lantai kandang, dan mempermudah pembersihan.
Desain kandang sapi potong ada dua alternatif yaitu, kandang sapi potong bentuk tunggal yaitu sapi hanya satu deret berjajar dan kandang bentuk ganda dengan desain sapi ada dua deret bisa berhadap hadapan (head to head) atau saling bertolak belakang (tail to tail). Sedangkan ukuran kandang sapi potong secara umum untuk per ekor sapi adalah 1,5m x 1,8m.
PERKEMBANGBIAKAN

Usaha pemeliharaan sapi potong bibit bertujuan untuk prngembangbiakan sapi potong. Keuntungsan yang diharapkan adalah pedet hasil keturunannya. Oleh sebab itu perlu perencanaan yang baik terutama terhadap usaha untuk meningkatkan mutu genetic hasil keturunannya yaitu pedet ang dihasilkan.
1. Penyilangan Sapi
Penyilangan (crossing), pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh hasil keturunan yang memiliki karakteristik ekonomi yang khas, atau dengan kata lain penyilangan sapiadalah usaha untuk memperoleh keturunan yang memiliki genetic lebih baik.
Dalam praktek umumnya penyilangan sapi menitik beratkan pada salah satu factor misalnya pertambahan berat badan. Sebagai contoh seekor sapi local yang memiliki berat lahir 13 Kg dan dipelihara selama 2 tahun hanya dapat mencapai berat badan optimal 150 Kg. Namun setelah sapi disilangkan dengan sapi unggul diperoleh peningkatan genetic pada keturunannya, umpamanya sapi dengan berat lahir 25 Kg dipelihara selama 2 tahun bisa mencapai berat badan optimal 240 Kg.
Yang perlu diperhatikan dalam proses penyilangan sapi terutama dengan sapi unggul Yang berasal dari sapi Eropa (Limousin, Simental, Abeerden Angus,) adalah tidak boleh mempunyai komposisi darah lebih dari 80 % atau lebih gampangnya sampai keturunan ke 3 (F3). Setelah sampai F3 harus di lakukan penyilangan dengan sapi keturunan Bos Indicus (Ongole atau Brahman).
2. Mengawinkan Sapi
Mengawinkan sapi merupakan pengetahuan yang memerlukan ketrampilan khusus, agar bisa diharapkan perkawinan sapi yang menghasilkan kebuntingan. Hal-hal yang perlu dipahami antara lain :
a. Umur siap kawin sapi betina, secara umum sapi akan mengalami dewasa kelamin (ditandai dengan birahi pertama) pada umur 1,5 – 2 tahun untuk sapi daerah tropis (bos Indicus/Bos Sondaicus) dan umur 8 – 12 bulan untuk sapi keturunan bos Taurus tergantung pada mutu pakan, iklim dan manajemen. Sedangkan dewasa tubuh sapi akan dicapai pada umur 2 – 2,5 tahun untuk sapi keturunan Bos Indicus dan 15 – 20 bulan untuk sapi Bos Taurus. Oleh sebab itu perkawinan pertama pada sapi harus menunggu dewasa tubuh terlebih dahulu.
b. Masa birahi sapi betina, yang dimaksud birahi adalah keinginan sapi betina untuk kawin, dimana sapi betina secara umum setiap 21 hari (interval 18-24 hari) seklali akan mengalami birahi. Adapun tanda-tanda birahi pada sapi adalah nafsu makan turun, tidak tenang, melenguh-lenguh, dari vagina keluar lendir yang berwarna transparan (bening), ada kalanya vulva tampak bengkak, merah (3 A = Abang Abuh Anget)
c. Saat perkawinan yang tepat, Hal ini penting diketahui oleh peternak karena akan menentukan sapi tersebut bunting atau tidak. Prinsip pengetahuan ini adalah menyangkut lamanya periode estrus, lamanya siklus estrus dan perkiraan waktu ovulasi. Ovulasi akan terjadi 12-14 jam setelah tanda birahi nampak, maka waktu perkawinan yang optimal dilakukan sekitar 9 jam setelah berlangsung birahi sampai 6 jam sesudah birahi berakhir.
3. Kebuntingan
Sesudah terjadi pembuahan dan timbul kebuntingan, siklus birahi yang biasa terjadi setiap 21 hari sekali akan terhenti sampai masa kebuntingan itu berakhir. Tanda-tanda awal kebuntingan sapi tidak jelas, sulit diamati ataupun diraba. Akan tetapi adanya perubahan tingkah laku yang mencolok akan bisa memberi gambaran bahwa sapi sedang bunting. Tanda-tanda kebuntingan sapi antara lain :
- Birahi berikutnya tidak muncul lagi
- Adanya perubahan tingkah laku seperti : lebih tenang, tidak suka mendekat pejantan, nafsu makan meningkat, sering menjilat-jilat batu bata, tembok dan lain sebagainya.
- Pembesaran perut sebelah kanan jika usia kebuntingan sudah memasuki pertengahan.
Lama kebuntingan sapi rata-rata berlangsung 9 bulan atau 281 hari, tetapi juga ada yang lebih cepat atau lebih lama, Faktor yang mempengaruhi :
- Jenis kelamin pedet, pedet jantan sering kali lebih lama
- Umur sapi, Sapi yang pertama kali bunting umumnya umur kebuntingannya lebih cepat.
Sapi yang baru melahirkan, dapat dikawinkan kembali setelah 60 – 90 hari. Walaupun 6 minggu setelah melahirkan sapi sudah menampakkan birahi, akan tetapi tidak boleh dikawinkan terlebih dahulu untuk menunggu alat reproduksi (kandungan sapi) kembali normal sehabis melahirkan pedet.

MAKANAN SAPI
Pemberian makanan pada sapi potong berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energisehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme. Kebutuhan makanan akan meningkat selama ternak masih dalam pertumbuhan dan pada saat kebuntingan.
Pemberian makanan pada sapi potong yang secara ekonomis dan teknis memenuhi syarat, dilandasi beberapa kebutuhan sebagai berikut :
- Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan makanan minimal, meski ternak dalam keadaan hiduptidak mengalami pertumbuhan dan kegiatan. Jika kebutuhan ini tidak tercukupi maka ternak secara alamiah akan mencukupi dengan zat-zat makanan yang ada pada jaringan tubuhnya.
- Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan makanan yang akan dibuat untuk memproduksi jaringan tubuh, dan menambah berat tubuh. Jadi zat makanan diperlukan untuk meningkatkan berat tubuh, setelah kebutuhan pokok terpenuhi.
- Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan makanan yang diperlukan ternak untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan.

1. Dasar Penyusunan Makanan Sapi Potong
Untuk menuyusun makanan sapi potong yang ekonomis dan memenuhi persyaratan teknis, diperlukan pedoman dasar antara lain :
a. Bahan makanan sapi potong, yaitu :
- Hijauan kering
- Hijauan segar
- Silase
- Sumber energi
- Sumber protein
- Sumber mineral
- Sumber vitamin
Bahan baku pakan tersusun atas kadar air, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan abu. Zat – zat makanan tersebut didalam tubuh ternak akan diubah menjadi energi, dan semua itu sangat tergantung pada kwalitas bahan baku pakan.

b. Kebutuhan nutrisi sapi potong
Untuk kebutuhan nutrisi sapi potong, dalam praktek penyusunan ransum diperlukan pedoman standrat berdasarkan berat tubuh dan percepatan pertambahan berat tubuh.

2. Penggunaan Urea Dalam Makanan
Pemberian nitrogen non protein (NPN) pada makanan sapi potong dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea, cukup membantu ternak lebih mudah mengadakan pembentukan asam amino esensial.Yang perlu diketahui dalam takaran pemberian urea dalam makanan ternak sapi dewasa, antara lain :
- Penggunaan Urea tidak boleh lebih dari 0,5 % dari jumlah makanan (BK)
- Penggunaan urea tidak boleh lebih dari 20 gram untuk setiap berat 100 Kg ternak sapi potong dewasa
- Penggunaan urea harus diimbangi dengan penggunaan bahan baku konsentrat atau makanan penguat yang kaya akan karbohiodrat, seperti bekatul, tetes dan lain-lain.

3. Menyusun makanan sapi potong
Setelah kita memahami beberapa landasan pokok penyusunan makanan sapi potong, maka dapat diberikan contoh perhitungan komposisi makanan sebagai berikut :
Seorang peternak sapi potong memiliki rencana untuk menyusun makanan sapi jantan yang digemukkan. Berat sapi 200 Kg dengan bahan baku makanan rumput benggala, bekatul dan bungkil kelapa. Pertambahan berat badan yang diinginkan adalah 0,7 Kg. Maka perhitungan susunan ransum adalah :

Komposisi Bahan Baku pakan :
Bahan Baku
BK
(%)
TDN
(%)
Nem
Mcal
Neg
Mcal
Rumput Benggala, segar
40,0
45,3
0,96
0,03
Bekatul Padi
86,0
87,6
2,14
1,41
Bungkil Kelapa kering
86,0
78,0
1,74
1,13
Keterangan : Lihat Tabel Lampiran 1

Kebutuhan Gizi Hidup Pokok dan Pertumbuhan Sapi Jantan Berat 200 Kg
Berat
(Kg)
Tambahan Berat’(Kg)
Makanan BK
(%)
Makanan Kasar
(%)

TDN
(%)

Nem
Mcal

Neg
Mcal
200
0,00
3,50
100
55
1,17
-

0,70
5,70
75
64
1,40
0,78

Perhitungan :
1. Makanan kasar BK = 3,5 Kg + 75 % (5,70 Kg) = 7,775 Kg
Rumput benggala dibutuhkan = 100/40 x 7,775 Kg = 19,44 Kg
2. Makanan kasar Bk dan TDN yang tersedia
BK Rumput Benggala = 7,775 Kg
TDN rumput benggala = 7,775 x 45,3/100 =3,522 Kg
3. Kekurangan makanan BK dan TDN
BK = (3,50 Kg + 5,70 Kg) – 7,775 Kg = 1,425 Kg
TDN = (3,50 Kg x 55/100)+(5,70 Kg x 75/100 x 64/100)
– 3,522 Kg = 1,139 Kg
4. Kekurangan akan dipenuhi dengan bahan baku bekatul dan bungkil kelapa.
Persentase kekurangan = 1,139/1,425 x 100 % = 79,93 %

TDN bekatul
87,6%

1,93%


79,93 %

TDN bungkil kelapa
78,0%

7,67%



9,60%

BK bekatul = 1,93/9,60 x 1,425 Kg = 0,30 Kg
BK bungkil kelapa = 7,67/9,60 x 1,425 Kg = 1,125 Kg
Jadi bekatul yang dibutuhkan = 100/86 x 0,30 Kg = 0,35 Kg
Jadi bungkil kelapa yang dibutuhkan = 100/86 x 1,125 = 1,30 Kg
5. Dari perhitungan di atas komposisi makanan sapi jantan berat 200 Kg, untuk penggemukan dengan target pertambahan berat badan sebesar 0,70 Kg adalah :
19,44 Kg rumput benggala
0,35 Kg bekatul padi
1,30 Kg bungkil kelapa
21,09 Kg

Tidak ada komentar: