Rabu, 24 September 2008

MUTIARA RAMADLAN


MENANTIKAN “BONUS” RAMADLAN


Nur Hafidz


Seperti biasanya setiap bulan Ramadlan pengusaha selalu memberikan bonus kepada karyawannya berupa Tunjangan Hari Raya (THR), bahkan para karyawan melakukan demo menuntut pemberian THR kepada pengusaha yang slintutan tidak memberikan THR. Namun demikian apa yang akan saya sampaikan disini bukan pesan bonus THR seperti yang terjadi selama bulan Ramadlan, itu hanyalah bonus duniawi yang sifatnya sementara.
Ada yang lebih penting dari sekedar bonus duniawi, yaitu bonus yang dijanjikan oleh Alloh selama bulan Ramadlan yang berupa Lailatul Qodr, seperti yang disampaikan oleh alloh dalam Alqur’an Surat Al Qodr, Lailatul Qodri Hoirun min alfi syahr, Malam lailatul Qodr merupakan malam yang lebih baik bila dibandingkan dengan seribu bulan.
Seperti kita ketahui bahwa Alloh mewajibkan kepada orang yang beriman (bukan lainnya) untuk bersusah payah meningkatkan derajat lewat puasa sebulan lamanya untuk menjadi hamba yang takwa. Semoga saja kita melaksanakan ibadah puasa selama ini betul-betul mempunyai tujuan menjadi Takwa. Dengan kata lain peningkatan derajat ibadah kita siang malam bukan dilakukan karena tergiur oleh bonus khusus Lailatul qodr. Sebuah malam yang lebih indah dari pada seribu bulan. Bila kita beribadah tepat pada turunnya Lailatul Qodr, ‘ganjaran’ kita sama dengan ibadah selama seribu bulan. Jadi setelah itu kita tak perlu ibadah lagi karena ibadah semalam tersebut bisa untuk hidup selama sekitar 12 turunan dengan asumsi umur kita 70 tahun (itu kalau Alloh menghitung secara matematis) tapi ibadah tidak bisa dikalkulasi dengan matematik.
Karena memang tidak semua orang bisa beribadah dengan model kekhusukan total. Barangkali sebagian besar umat (jangan lupa termasuk saya juga) baru bisa beribadah pada tingkatan dasar, sekedar memenuhi perintah dan dengan syarat minimal. Namum jangan khawatir karena Alloh Maha Pemurah, Semoga berkat kemurahanNya ibadah kita yang masih sedemikian kecilnya dapat diterima disisiNya. Karena kebahagiaan umat yang paling besar adalah jika ibadahnya diterima. Inilah kemurahan Alloh dan tentunya keindahan dalam ajaran Islam.
Lalu yang menjadi pertanyaan, kapan Lailatul Qodr turun… ? Itulah kebesaran Tuhan, Tuhan men sirrikan (merahasiakan) waktunya, supaya kita tidak terjebak beribadah secara pragmatis. Para Ulama bilang, Lailatul Qodr turun pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan terutama malam ganjil. Tapi sebagian ulama tidak setuju dengan pendapat tersebut, bisa saja ia turun di awal-awal Ramadlan dan tidak tergantung pada tanggal ganjil.
Seperti dalam dunia bisnis yang menjanjkan sebuah hadiah untuk memacu penjualan produknya, jika ingin memperoleh hadiah tersebut, maka harus membeli produk sebanyak-banyak supaya peluang untuk mendapatkan hadiah besar, walaupun ada yang membeli satu produk sudah dapat hadiah. Demikian pula untuk mendapatkan “bonus” Agung, kita tidak bisa hanya berpedoman pada satu atau dua malam harus melakukan ibadah seluruh malam pada bulan Ramadlan
Pada cerita pewayangan juga kita kenal dengan “Perang Baratayuda”, dimana kapan waktu meletus perang tersebut juga tidak ada yang tahu persis, baik dipihak pandawa maupun kurawa, tapi kedua pihak meyakini bahwa perang akan meletus. Sehingga semua pihak akan terus waspada tidak mau lengah, pada saatnya nanti kedua pihak sudah siap untuk perang tanding.
Saya waktu masih ngaji di Surau desa, pak kiai menyampaikan pesan, ‘Lailatul Qodr akan turun ketika bumi terlihat sepi senyap seperti kuburan anker, bahkan anginpun tak bertiup. Terjadi keanehan-anehan Sungai mengalir kearah sumbernya, bayi bisa bicara dan pohon-pohon bisa bersujud sendiri walaupun angina tidak bertiup.Siapa beruntung menyaksikan kejadian itu maka hidupnya akan lebih mulia, bahkan kalau kita mau berdo’a kita akan dikabulkan, pokoknya istimewalah.’
Untuk memperoleh “bonus” tersebut kita selalu mengadakan ibadah total, full time siang malam selama satu bulan penuh, sehingga kita kadang tidak menyadari bahwa ibadah kita telah bergeser, kita melakukan ibadah demi Lailatul Qodr bukan kerena mencari Ridlo-Nya.
Hikmah Lailatul Qodr yang dapat diambil adalah kita tidak boleh menyandarkan sepenuhnya pada “Bonus” maksudnya kalau kita ingin memperoleh rizki tidak boleh hanya duduk-duduk disungai untuk menanti air mengalir kearah mata air, atau duduk di bawah pohon guna menantikan pohon bersujud. Dengan demikian untuk mencapai hal tersebut kita harus berusaha secara terus menerus. Lagi pula Lailatul Qodr tak bias ditunggu secara dadakan. Bonus Lailatul Qodr kemungkinan hanya akan turun ke dalam jiwa yang agung pula, jiwa yang sudah siap.
Menurut saya yang benar adalah cukup dengan berlomba memacu untuk mendekatkan diri dan takwa pada sang Kholiq. Alloh Maha tahu terhadap prilaku hamba-hambaNya, Alloh juga paham betul siapa yang akan diberikan “bonus”. Percayalah bahwa Alloh memberikannya bukan untuk keuntunganNya melainkan untuk kepentingan manusia juga, karena Alloh bukan kapitalis. Alloh hanya ingin hambaNya menjadi hamba yang baik, agar mereka bersegara menuju ke jalan kebaikan. Sykur syukur kalau ibadah yang dilakukan hanya karena Kecintaan terhadapNya serta dilaksanakan dengan penuh keiklasan.

Tidak ada komentar: