Rabu, 24 September 2008

TEKNIS BETERNAK SAPI POTONG

TEKNIK BETERNAK SAPI POTONG














Oleh:
NUR HAFID, S.Pt



























PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
DINAS KEHEWANAN
JL. PAMENANG NO. 40 Tlp/Fax. (0354) 681890
KEDIRI



_______________________________________________
Disampaikan pada



PENDAHULUAN

Kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun selalu meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan selalu negatif, artinya permintaan lebih tinggi daripada peningkatan daging sapi sebagai konsumsi manusia.
Kebijakan Pemerintah, sapi potong sebagai salah satu usaha perlu terus dikembangkan. Bantuan Pemerintah dalam mendukung pengembangan sapi potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas, seperti kredit penggemukan sapi, bantuan bagi hasil dan lain sebagainya.
Begitu potensialnya pengembangan sapi potong dalam kebijaksanaan Sub Sektor Peternakan, sehingga sudah sewajarnya memperoleh perhatian petani – ternak untuk dipilih sebagai salah satu usaha.
Program peningkatan usaha peternakan sapi potong tradisional kearah usaha peternakan yang lebih maju, dan menguntungkan tidak terlepas dari :
Penggunaan bibit sapi potong yang baik dan unggul
Perbaikan makanan, baik kwalitas maupun kwantitasnya
Menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik
Penjagaan dan perawatan ternak sapi potong, terutama penjagaan kesehatan
Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan.

BANGSA SAPI POTONG YANG DIKEMBANGKAN DI INDONESIA
a. Sapi Bali
Merupakan sapi keturunan Bos Sondaicus yang berhasil dijinakkan dan mengalami perkembangan pesat dipulau bali. Sapi Bali asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng, kecuali ukurannya relatif kecil karena pengaruh penjinakan.
Ciri-ciri sapi bali adalah pada saat pedet memiliki bulu sawo matang. Betina dewasa berbulu merah bata sedangkan yang jantan dewasa berwarna hitam. Ciri yang menonjol adalah warna bulu putih pada bagian belakang (mulai dari pelvis sampai bawah.
b. Sapi Ongole
Merupakan sapi keturunan Bos Indicus yang berhasil dijinakkan di India. Sapi Ongole masuk Indonesia pada abad ke 19 dan dikembangkan di Pulau Sumba, sehingga lebih popular dikenal sebagai sapi Sumba Ongole (SO). Sedangkan di Pulau Jawa terjadi perkawinan dengan sapi betina Jawa menghasilkan keturunan yang disebut Sapi Peranakan Ongole (PO).
Ciri-ciri sapi Ongole ditandai dengan punuk yang besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan dibawah leher dan perut. Sapi jantan mempunyai tanduk pendek dan hampir tak terlihat, sedangkan yang betina mempunyai tanduk yang panjang. Warna bulu sapi Ongole pada umumnya adalah putih kusam atau agak kehitam-hitaman, dan warna kulit kuning.
c. Sapi Madura
Sapi Madura ini merupakan hasil persilangan antara Bos Sondaicus dengan Bos Indicus, sehingga mempunyai cirri warisan dari kedua golongan sapi tersebut.
Ciri sapi Madura mempunyai punuk yang kecil merupakan warisan dari bos indicus dan warna bulu coklat atau merah bata diwarisi dari bos sondaicus. Pada kepalanya terdapat tanduk melengkung kedepan dengan melingkar bulat sabit.
Dalam perkembangannya di Indonesia, sejak tahun 1910 sapi jenis madura ini sudah diusahakan kebakuannya, sehingga keturunannya memiliki karakteristik yang seragam.
d. Sapi Brahman
Jenis sapi ini merupakan keturunan dari Bos Indicus yang berhasil dijinakkan di India, tetapi mengalami perkembangan pesat di Amerika Serikat dikenal dengan nama American Brahman.
Ciri dari sapi Brahman adalah mempunyai punuk yang besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan di bawah leher dan perut. Mempunyai gelambir dari rahang bawah sampai bagian ujung tulang dada bagian depan. Sapi Brahman memiliki warna bulu putih keabu-abuan dan juga berwarna merah. Bila dipelihara dilingkungan tropis, seperti Indonesia, sapi ini mempunyai daya tahan yang kuat serta mempunyai ketahanan terhadap gigitan caplak.
e. Sapi Limousin
Merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berhasil dijinakkan dan dikembangkan di Perancis. Sapi Limousin di Indoneia dipelihara di Balai Inseminasi Buatan Singosari Malang dan Lembang untuk digunakan untuk meningkatkan genetis sapi potong Indonesia dengan pragram Inseminasi Buata.
Ciri dari sapi jenis ini, mempunyai bulu berwarna merah mulus, dan tumbuh agak panjang di bagian kepala. Mempunyai mata yang awas, kaki tegap, dada besar dan dalam. Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak mengecil tetapi bagian pinggul dan paha cukup besar, penuh daging dan sangat padat.
f. Sapi Simmental
Sapi ini berasal dari negara swiss, nama Simmental diambil dari nama lembah di Switzerland yaitu lembah Simme.Sapi ini mempunyai produksi susu yang baik selain produksi daging, sehingga sering disebut dengan dual purpose. Sapi ini di Indonesia sudah digunakan sebagai pejantan yang dipelihara di BIB.
Ciri dari sapi Simmental , bulu berwarna merah ,uda atau krem dengan wajah berwarna putih. Kadang-kadang erdapat bintik-bintik putih atau garis putih pada nahunya. Sapi ini berukuran besar dan mempunyai sifat perdagingan yang baik.
g. Sapi Abeerden Angus
Berasal dari daerah Abeerden shire dan Angushire Sotlandia. Sapi ini di Indonesia dikenal dengan sebutan Angus dan sudah digunakan untuk program perkawinan silang dengan menggunakan Inseminasi Buatan.
Ciri dari sapi Aberrden Angus adalah, warna bulu dan kulitnya hitam legam, Tubuhnya kuat dan padat (kekar), kakinya
pendek dan tidak bertanduk yang merupakan sifat dominan, artinya jika dikawinkan dengan betina bertanduk keturunannya sebagian besar akan tidak bertanduk.

PEMILIHAN BIBIT SAPI
Pemilihan Bibit
Pemilihan sapi potong bibit dan bakalan yang akan diusahakan , akan tergantung pada selera petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang menjadi pilihan peternak adalah sapi potong yang pada umumnya dipelihara disuatu daerah atau lokasi peternakan dan yang paling mudah pemasarannya.
Di Indonesia cukup banyak banyak dikenal sapi potong local, jenis sapi potong import, maupun sapi peranakan atau hasil persilangan antara sapi bangsa Asia dengan sapi Bangsa Eropa yang dikembangkan dengan program Inseminasi Buatan (Kawin Suntik).
Penilaian keadaan individual sapi potong yang akan dipilih sebagai sapi potong bibit atau bakalan, pada prinsipnya didasarkan pada umur, bentuk luar tubuh, daya pertumbuhan dan temperamen. Bila mungkin sangat dianjurkan mengetahui sejarah sapi yang berkaitan dengan penyakit.
Namun secara praktis, pada umumnya yang dipergunakan dalam penilaian individual, adalah mengamati bentuk luar, yakni bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah tidak terlepas dari factor genetis sapi potong.
Menaksir Berat Sapi
Memberikan taksiran berat sapi, merupakan salah satu akupan keterampilan menjadi tuntutan bagi petani ternak. Dengan taksiran yang baik, orang bisa mengetahui patokan harga penjualan ataupun pembelian sapi.
Secara sederhana dan praktis, dapat digunakan rumus terapan sebagai berikut :
BERAT SAPI = Pt x Ld x 70

HARGA SAPI = Bs x 0,5 x Hds

Keterangan :
Pt = Panjang tubuh sapi
Bs = Berat sapi
Ld = Lingkar dada sapi
Hds = Harga daging sapi per Kg
3. Menaksir Umur Sapi
Menaksir umur sapi perlu dikuasai oleh seorang peternak karena pengetahuan ini dapt digunakan sebagai dasar seleksi sapi yang akan dibeli dan dipelihara, baik sebagai bibit atau untuk digemukkan. Besar kecilnya tubuh sapi bukan ukuran umur, karena bisa saja sapi sudah tua, tetapi kurus akibat pemeliharaan yang buruk ataupun karena penyakit.
a. Taksiran dengan metode gigi
Prinsip taksiran dari gigi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi sapi. Pertumbuhan gigi sapi terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap.
- Sapi yang mempunyai gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar kurang dari 1,5 tahun
- Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 2 tahun
- Sapi yang mempunyai gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai umur sekitar 3 tahun
- Sapi yang memiliki tiga pasang gigi tetap pada rahang bawah mempunyai umur sekitar 3,5 tahun
- Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap (4 pasang) mempunyai umur sekitar 4 tahun
- Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap, tapi 25 % bagian telah aus mempunyai umur sekitar 6 tahun
- Gigi tetap bagian yang aus 50 %, mempunyai umur sekitar 7,5 tahun
- Gigi tetap aus 75 % bagian, mempunyai umur sekitar 8 tahun
- Semua gigi tetap sudah aus, mempunyai umur di atas 8 tahun

b. Taksiran menggunakan metode lingkar tanduk
Secara umum sejak umur 6 bulan, tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.
Pada sapi betina yang secara teratur melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan tanduknya. Maka pedoman memberikan taksiran umur sapi betina dewasa adalah banyaknya lingkaran pada tanduk ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat dihitung jumlah lingkaran pada tanduk ditambah 5 tahun.
Yang perlu diingat adalah penaksiran dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.

KANDANG SAPI
Pembuatan kandang harus diusahakan bisa memberi rasa nyaman dan tentram bagi ternak, sebab kenyamanan kandang akan menunjang proses biologis ternak. Misalnya proses memahbiaknya, pencernaannya, metabolisme dan sebagainya. Ternak yang hidup dan istirahatnya nyaman proses biologisnya akan sempurna sehingga laju pertumbuhan dan produktivitasnya akan lebih sempurna pula.
Kandang sapi potong bisa dibuat dari bahan-bahan yang sederhana dan murah, tetapi harus dibuat dengan kontruksi yang kuat. Adapaun persayaratan teknis yang diperlukan adalah:
a. Kontruksi, diusahakan cukup kuat, terutama tiang-tiang utama bangunan, walaupun dengan bahan bangunan yang sederhana.
b. Atap, dicari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap panas kecil (untuk kandang dilokasi panas). Sedang untuk daerah dingin dicari bahan yang mempunyai daya serap panas besar.
c. Dinding, Diusahakan dari bahan yang baik, perlu diperhitungkan ventilasi yang menjamin pertukaran udara secara teratur dan dihindarkan dari angin kencang.
d. Lantai, Diusahakan lantai yang berlubang-lubang kecil dengan maksud untuk menjaga kekeringan lantai kandang, dan mempermudah pembersihan.
Desain kandang sapi potong ada dua alternatif yaitu, kandang sapi potong bentuk tunggal yaitu sapi hanya satu deret berjajar dan kandang bentuk ganda dengan desain sapi ada dua deret bisa berhadap hadapan (head to head) atau saling bertolak belakang (tail to tail). Sedangkan ukuran kandang sapi potong secara umum untuk per ekor sapi adalah 1,5m x 1,8m.
PERKEMBANGBIAKAN

Usaha pemeliharaan sapi potong bibit bertujuan untuk prngembangbiakan sapi potong. Keuntungsan yang diharapkan adalah pedet hasil keturunannya. Oleh sebab itu perlu perencanaan yang baik terutama terhadap usaha untuk meningkatkan mutu genetic hasil keturunannya yaitu pedet ang dihasilkan.
1. Penyilangan Sapi
Penyilangan (crossing), pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh hasil keturunan yang memiliki karakteristik ekonomi yang khas, atau dengan kata lain penyilangan sapiadalah usaha untuk memperoleh keturunan yang memiliki genetic lebih baik.
Dalam praktek umumnya penyilangan sapi menitik beratkan pada salah satu factor misalnya pertambahan berat badan. Sebagai contoh seekor sapi local yang memiliki berat lahir 13 Kg dan dipelihara selama 2 tahun hanya dapat mencapai berat badan optimal 150 Kg. Namun setelah sapi disilangkan dengan sapi unggul diperoleh peningkatan genetic pada keturunannya, umpamanya sapi dengan berat lahir 25 Kg dipelihara selama 2 tahun bisa mencapai berat badan optimal 240 Kg.
Yang perlu diperhatikan dalam proses penyilangan sapi terutama dengan sapi unggul Yang berasal dari sapi Eropa (Limousin, Simental, Abeerden Angus,) adalah tidak boleh mempunyai komposisi darah lebih dari 80 % atau lebih gampangnya sampai keturunan ke 3 (F3). Setelah sampai F3 harus di lakukan penyilangan dengan sapi keturunan Bos Indicus (Ongole atau Brahman).
2. Mengawinkan Sapi
Mengawinkan sapi merupakan pengetahuan yang memerlukan ketrampilan khusus, agar bisa diharapkan perkawinan sapi yang menghasilkan kebuntingan. Hal-hal yang perlu dipahami antara lain :
a. Umur siap kawin sapi betina, secara umum sapi akan mengalami dewasa kelamin (ditandai dengan birahi pertama) pada umur 1,5 – 2 tahun untuk sapi daerah tropis (bos Indicus/Bos Sondaicus) dan umur 8 – 12 bulan untuk sapi keturunan bos Taurus tergantung pada mutu pakan, iklim dan manajemen. Sedangkan dewasa tubuh sapi akan dicapai pada umur 2 – 2,5 tahun untuk sapi keturunan Bos Indicus dan 15 – 20 bulan untuk sapi Bos Taurus. Oleh sebab itu perkawinan pertama pada sapi harus menunggu dewasa tubuh terlebih dahulu.
b. Masa birahi sapi betina, yang dimaksud birahi adalah keinginan sapi betina untuk kawin, dimana sapi betina secara umum setiap 21 hari (interval 18-24 hari) seklali akan mengalami birahi. Adapun tanda-tanda birahi pada sapi adalah nafsu makan turun, tidak tenang, melenguh-lenguh, dari vagina keluar lendir yang berwarna transparan (bening), ada kalanya vulva tampak bengkak, merah (3 A = Abang Abuh Anget)
c. Saat perkawinan yang tepat, Hal ini penting diketahui oleh peternak karena akan menentukan sapi tersebut bunting atau tidak. Prinsip pengetahuan ini adalah menyangkut lamanya periode estrus, lamanya siklus estrus dan perkiraan waktu ovulasi. Ovulasi akan terjadi 12-14 jam setelah tanda birahi nampak, maka waktu perkawinan yang optimal dilakukan sekitar 9 jam setelah berlangsung birahi sampai 6 jam sesudah birahi berakhir.
3. Kebuntingan
Sesudah terjadi pembuahan dan timbul kebuntingan, siklus birahi yang biasa terjadi setiap 21 hari sekali akan terhenti sampai masa kebuntingan itu berakhir. Tanda-tanda awal kebuntingan sapi tidak jelas, sulit diamati ataupun diraba. Akan tetapi adanya perubahan tingkah laku yang mencolok akan bisa memberi gambaran bahwa sapi sedang bunting. Tanda-tanda kebuntingan sapi antara lain :
- Birahi berikutnya tidak muncul lagi
- Adanya perubahan tingkah laku seperti : lebih tenang, tidak suka mendekat pejantan, nafsu makan meningkat, sering menjilat-jilat batu bata, tembok dan lain sebagainya.
- Pembesaran perut sebelah kanan jika usia kebuntingan sudah memasuki pertengahan.
Lama kebuntingan sapi rata-rata berlangsung 9 bulan atau 281 hari, tetapi juga ada yang lebih cepat atau lebih lama, Faktor yang mempengaruhi :
- Jenis kelamin pedet, pedet jantan sering kali lebih lama
- Umur sapi, Sapi yang pertama kali bunting umumnya umur kebuntingannya lebih cepat.
Sapi yang baru melahirkan, dapat dikawinkan kembali setelah 60 – 90 hari. Walaupun 6 minggu setelah melahirkan sapi sudah menampakkan birahi, akan tetapi tidak boleh dikawinkan terlebih dahulu untuk menunggu alat reproduksi (kandungan sapi) kembali normal sehabis melahirkan pedet.

MAKANAN SAPI
Pemberian makanan pada sapi potong berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energisehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme. Kebutuhan makanan akan meningkat selama ternak masih dalam pertumbuhan dan pada saat kebuntingan.
Pemberian makanan pada sapi potong yang secara ekonomis dan teknis memenuhi syarat, dilandasi beberapa kebutuhan sebagai berikut :
- Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan makanan minimal, meski ternak dalam keadaan hiduptidak mengalami pertumbuhan dan kegiatan. Jika kebutuhan ini tidak tercukupi maka ternak secara alamiah akan mencukupi dengan zat-zat makanan yang ada pada jaringan tubuhnya.
- Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan makanan yang akan dibuat untuk memproduksi jaringan tubuh, dan menambah berat tubuh. Jadi zat makanan diperlukan untuk meningkatkan berat tubuh, setelah kebutuhan pokok terpenuhi.
- Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan makanan yang diperlukan ternak untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan.

1. Dasar Penyusunan Makanan Sapi Potong
Untuk menuyusun makanan sapi potong yang ekonomis dan memenuhi persyaratan teknis, diperlukan pedoman dasar antara lain :
a. Bahan makanan sapi potong, yaitu :
- Hijauan kering
- Hijauan segar
- Silase
- Sumber energi
- Sumber protein
- Sumber mineral
- Sumber vitamin
Bahan baku pakan tersusun atas kadar air, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan abu. Zat – zat makanan tersebut didalam tubuh ternak akan diubah menjadi energi, dan semua itu sangat tergantung pada kwalitas bahan baku pakan.

b. Kebutuhan nutrisi sapi potong
Untuk kebutuhan nutrisi sapi potong, dalam praktek penyusunan ransum diperlukan pedoman standrat berdasarkan berat tubuh dan percepatan pertambahan berat tubuh.

2. Penggunaan Urea Dalam Makanan
Pemberian nitrogen non protein (NPN) pada makanan sapi potong dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea, cukup membantu ternak lebih mudah mengadakan pembentukan asam amino esensial.Yang perlu diketahui dalam takaran pemberian urea dalam makanan ternak sapi dewasa, antara lain :
- Penggunaan Urea tidak boleh lebih dari 0,5 % dari jumlah makanan (BK)
- Penggunaan urea tidak boleh lebih dari 20 gram untuk setiap berat 100 Kg ternak sapi potong dewasa
- Penggunaan urea harus diimbangi dengan penggunaan bahan baku konsentrat atau makanan penguat yang kaya akan karbohiodrat, seperti bekatul, tetes dan lain-lain.

3. Menyusun makanan sapi potong
Setelah kita memahami beberapa landasan pokok penyusunan makanan sapi potong, maka dapat diberikan contoh perhitungan komposisi makanan sebagai berikut :
Seorang peternak sapi potong memiliki rencana untuk menyusun makanan sapi jantan yang digemukkan. Berat sapi 200 Kg dengan bahan baku makanan rumput benggala, bekatul dan bungkil kelapa. Pertambahan berat badan yang diinginkan adalah 0,7 Kg. Maka perhitungan susunan ransum adalah :

Komposisi Bahan Baku pakan :
Bahan Baku
BK
(%)
TDN
(%)
Nem
Mcal
Neg
Mcal
Rumput Benggala, segar
40,0
45,3
0,96
0,03
Bekatul Padi
86,0
87,6
2,14
1,41
Bungkil Kelapa kering
86,0
78,0
1,74
1,13
Keterangan : Lihat Tabel Lampiran 1

Kebutuhan Gizi Hidup Pokok dan Pertumbuhan Sapi Jantan Berat 200 Kg
Berat
(Kg)
Tambahan Berat’(Kg)
Makanan BK
(%)
Makanan Kasar
(%)

TDN
(%)

Nem
Mcal

Neg
Mcal
200
0,00
3,50
100
55
1,17
-

0,70
5,70
75
64
1,40
0,78

Perhitungan :
1. Makanan kasar BK = 3,5 Kg + 75 % (5,70 Kg) = 7,775 Kg
Rumput benggala dibutuhkan = 100/40 x 7,775 Kg = 19,44 Kg
2. Makanan kasar Bk dan TDN yang tersedia
BK Rumput Benggala = 7,775 Kg
TDN rumput benggala = 7,775 x 45,3/100 =3,522 Kg
3. Kekurangan makanan BK dan TDN
BK = (3,50 Kg + 5,70 Kg) – 7,775 Kg = 1,425 Kg
TDN = (3,50 Kg x 55/100)+(5,70 Kg x 75/100 x 64/100)
– 3,522 Kg = 1,139 Kg
4. Kekurangan akan dipenuhi dengan bahan baku bekatul dan bungkil kelapa.
Persentase kekurangan = 1,139/1,425 x 100 % = 79,93 %

TDN bekatul
87,6%

1,93%


79,93 %

TDN bungkil kelapa
78,0%

7,67%



9,60%

BK bekatul = 1,93/9,60 x 1,425 Kg = 0,30 Kg
BK bungkil kelapa = 7,67/9,60 x 1,425 Kg = 1,125 Kg
Jadi bekatul yang dibutuhkan = 100/86 x 0,30 Kg = 0,35 Kg
Jadi bungkil kelapa yang dibutuhkan = 100/86 x 1,125 = 1,30 Kg
5. Dari perhitungan di atas komposisi makanan sapi jantan berat 200 Kg, untuk penggemukan dengan target pertambahan berat badan sebesar 0,70 Kg adalah :
19,44 Kg rumput benggala
0,35 Kg bekatul padi
1,30 Kg bungkil kelapa
21,09 Kg

MUTIARA RAMADLAN


MENANTIKAN “BONUS” RAMADLAN


Nur Hafidz


Seperti biasanya setiap bulan Ramadlan pengusaha selalu memberikan bonus kepada karyawannya berupa Tunjangan Hari Raya (THR), bahkan para karyawan melakukan demo menuntut pemberian THR kepada pengusaha yang slintutan tidak memberikan THR. Namun demikian apa yang akan saya sampaikan disini bukan pesan bonus THR seperti yang terjadi selama bulan Ramadlan, itu hanyalah bonus duniawi yang sifatnya sementara.
Ada yang lebih penting dari sekedar bonus duniawi, yaitu bonus yang dijanjikan oleh Alloh selama bulan Ramadlan yang berupa Lailatul Qodr, seperti yang disampaikan oleh alloh dalam Alqur’an Surat Al Qodr, Lailatul Qodri Hoirun min alfi syahr, Malam lailatul Qodr merupakan malam yang lebih baik bila dibandingkan dengan seribu bulan.
Seperti kita ketahui bahwa Alloh mewajibkan kepada orang yang beriman (bukan lainnya) untuk bersusah payah meningkatkan derajat lewat puasa sebulan lamanya untuk menjadi hamba yang takwa. Semoga saja kita melaksanakan ibadah puasa selama ini betul-betul mempunyai tujuan menjadi Takwa. Dengan kata lain peningkatan derajat ibadah kita siang malam bukan dilakukan karena tergiur oleh bonus khusus Lailatul qodr. Sebuah malam yang lebih indah dari pada seribu bulan. Bila kita beribadah tepat pada turunnya Lailatul Qodr, ‘ganjaran’ kita sama dengan ibadah selama seribu bulan. Jadi setelah itu kita tak perlu ibadah lagi karena ibadah semalam tersebut bisa untuk hidup selama sekitar 12 turunan dengan asumsi umur kita 70 tahun (itu kalau Alloh menghitung secara matematis) tapi ibadah tidak bisa dikalkulasi dengan matematik.
Karena memang tidak semua orang bisa beribadah dengan model kekhusukan total. Barangkali sebagian besar umat (jangan lupa termasuk saya juga) baru bisa beribadah pada tingkatan dasar, sekedar memenuhi perintah dan dengan syarat minimal. Namum jangan khawatir karena Alloh Maha Pemurah, Semoga berkat kemurahanNya ibadah kita yang masih sedemikian kecilnya dapat diterima disisiNya. Karena kebahagiaan umat yang paling besar adalah jika ibadahnya diterima. Inilah kemurahan Alloh dan tentunya keindahan dalam ajaran Islam.
Lalu yang menjadi pertanyaan, kapan Lailatul Qodr turun… ? Itulah kebesaran Tuhan, Tuhan men sirrikan (merahasiakan) waktunya, supaya kita tidak terjebak beribadah secara pragmatis. Para Ulama bilang, Lailatul Qodr turun pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan terutama malam ganjil. Tapi sebagian ulama tidak setuju dengan pendapat tersebut, bisa saja ia turun di awal-awal Ramadlan dan tidak tergantung pada tanggal ganjil.
Seperti dalam dunia bisnis yang menjanjkan sebuah hadiah untuk memacu penjualan produknya, jika ingin memperoleh hadiah tersebut, maka harus membeli produk sebanyak-banyak supaya peluang untuk mendapatkan hadiah besar, walaupun ada yang membeli satu produk sudah dapat hadiah. Demikian pula untuk mendapatkan “bonus” Agung, kita tidak bisa hanya berpedoman pada satu atau dua malam harus melakukan ibadah seluruh malam pada bulan Ramadlan
Pada cerita pewayangan juga kita kenal dengan “Perang Baratayuda”, dimana kapan waktu meletus perang tersebut juga tidak ada yang tahu persis, baik dipihak pandawa maupun kurawa, tapi kedua pihak meyakini bahwa perang akan meletus. Sehingga semua pihak akan terus waspada tidak mau lengah, pada saatnya nanti kedua pihak sudah siap untuk perang tanding.
Saya waktu masih ngaji di Surau desa, pak kiai menyampaikan pesan, ‘Lailatul Qodr akan turun ketika bumi terlihat sepi senyap seperti kuburan anker, bahkan anginpun tak bertiup. Terjadi keanehan-anehan Sungai mengalir kearah sumbernya, bayi bisa bicara dan pohon-pohon bisa bersujud sendiri walaupun angina tidak bertiup.Siapa beruntung menyaksikan kejadian itu maka hidupnya akan lebih mulia, bahkan kalau kita mau berdo’a kita akan dikabulkan, pokoknya istimewalah.’
Untuk memperoleh “bonus” tersebut kita selalu mengadakan ibadah total, full time siang malam selama satu bulan penuh, sehingga kita kadang tidak menyadari bahwa ibadah kita telah bergeser, kita melakukan ibadah demi Lailatul Qodr bukan kerena mencari Ridlo-Nya.
Hikmah Lailatul Qodr yang dapat diambil adalah kita tidak boleh menyandarkan sepenuhnya pada “Bonus” maksudnya kalau kita ingin memperoleh rizki tidak boleh hanya duduk-duduk disungai untuk menanti air mengalir kearah mata air, atau duduk di bawah pohon guna menantikan pohon bersujud. Dengan demikian untuk mencapai hal tersebut kita harus berusaha secara terus menerus. Lagi pula Lailatul Qodr tak bias ditunggu secara dadakan. Bonus Lailatul Qodr kemungkinan hanya akan turun ke dalam jiwa yang agung pula, jiwa yang sudah siap.
Menurut saya yang benar adalah cukup dengan berlomba memacu untuk mendekatkan diri dan takwa pada sang Kholiq. Alloh Maha tahu terhadap prilaku hamba-hambaNya, Alloh juga paham betul siapa yang akan diberikan “bonus”. Percayalah bahwa Alloh memberikannya bukan untuk keuntunganNya melainkan untuk kepentingan manusia juga, karena Alloh bukan kapitalis. Alloh hanya ingin hambaNya menjadi hamba yang baik, agar mereka bersegara menuju ke jalan kebaikan. Sykur syukur kalau ibadah yang dilakukan hanya karena Kecintaan terhadapNya serta dilaksanakan dengan penuh keiklasan.

Rabu, 17 September 2008

Keseimbangan Panas Pada Ternak

KESEIMBANGAN PANAS DAN ENERGI

1. Keseimbangan Panas
Termoregulasi atau pengaturan keseimbangan panas merupakan upaya ternak atau hewan untuk mempertahankan suhu tubuh agar relatif konstan terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang berlebihan (Bianca, 1965 & Robert Shaw, 1985). Upaya untuk mempertahankan suhu tubuh tersebut merupakan keseimbangan panas (Homeostasis) antara produksi panas (Heat Production or Heat Gain) dan pelepasan panas (Heat Lost)
Persamaan umumnya sebagai berikut:
HP = Ev ± Rd ± Kd ± Kv, .............(1)
Dimana HP = Panas yang diproduksi oleh tubuh, Ev = pelepasan panas melalui evaporasi atau penguapan, Rd = penambahan atau pengurangan panas akibat adanya radiasi, Kd = penambahan atau pengurangan panas akibat adanya konduksi dan Kv = penambahan atau pengurangan panas akibat adanya konveksi.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Seperti terlihat pada Gambar 2, didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.
Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah (Bligh, 1985).
Selanjutnya Bligh (1985), mengatakan jika suhu lingkungan panas maka terjadi peningkatan, denyut jantung dan frekuensi pemapasan sehingga panas tubuh langsung diedarkan ooleh darah kepermukaan kulit untuk dikeluarkan secara radiasi, konveksi, konduksi, maupun evaporasi (penguapan). Sebaliknya jika suhu lingkungan dingin maka produksi panas akan digunakan untuk menjaga keseimbangan panas tubuh agar suhu tubuh tidak turun.
Makin kecil perbedaan suhu tubuh sapi dengun suhu lingkungan, makin kecil kecepatan radiasi, konveksi dan konduksi kalor dari dalam tubuh sapi. Kalu hasil metabolisme yang tidak mampu dikeluarkan dengan proses radiasi, konveksi dan konduksi, akan dikeluarkan lewat proses evaporasi melalui keringat dan pertukaran panas pada saluran pernapasan. Akibatnya terjadi kenaikan frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernapasan.
Apabila perbedaan suhu tubuh sapi dan suhu lingkungan besar (Suhu lingkungan yang dingin), kecepatan radiasi, konveksi dan konduksi kalor besar akibatnya proses metabolisme dalam tubuh sapi makin kuat untuk menahan radiasi, konveksi dan konduksi kalor yang berlebihan. Dalam kondisi demikian, proses evaporasi lewat keringat dan pernapasan sangat rendah. Jadi bila perbedaan suhu tubuh sapi dengan suhu lingkungan kecil ataupun besar akan mengakibatkan peningkatan proses metabolisme dan akan menurunkan produksi susu ataupun pertambahan bobot badan.
a. Produksi Panas
Panas yang dihasilkan dari dalam tubuh dikenal sebagai produksi panas. Menurut Ganong (1983), produksi panas ini merupakan hasil aktivitas metabolisme basal "Specific Dynamic Action" dari makanan dan kegiatan otot. Sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto et al. (1990), menunjukan bahwa produksi panas pada sapi perah laktasi dan kering kandang (tidak memproduksi susu) ini akan mencapai titik maksimumnya sekitar tiga jam setelah makan
Besarnya produksi panas ini dipengaruhi pula oleh tingkah laku (Matsumnto et al., 1993, Purwanto et al., 1993a) , jumlah konsumsi pakan dan suhu lingkungan (Purwanto et al., 1991, 1993a, 1993b, 1994), laktasi, pertumbuhan dan kebuntingan (Purwanto, 1991). Tabel 1 memperlihatkan pengaruh dari berbagai faktor-faktor tersebut terhadap produksi panas pada sapi perah dara.
Disamping itu, seperti ditunjukkan oleh persamaan (1) juga ada tambahan beban panas dari luar tubuh yang berasal dari energi radiasi langsung matahari atau energi radiasi pantulannya, proses proses konduksi dan konveksi (Anderson, 1983). Lebih lanjut dia menambahkan bahwa kondisi tersebut terjadi apabila suhu yang ditimbulkan oleh radiasi matahari atau sumber lainnya atau suhu media konveksi dan konduksi lebih tinggi dari kisaran suhu daerah termonetral bagi ternak yang bersangkutan. Sebaliknya akan terjadi proses kehilangan panas (Heat Loss) secara radiasi, konduksi dan konveksi apabila suhu udara sebagai media penghantar panas lebih rendah daripada suhu daerah termonetral.
b. Pelepasan panas (Heat Loss)
Untuk dapat mempertahankan suhu tubuhnya maka ternak harus membuang hasil produksi panas dari dalam tubuhnya. Secara umum proses pelepasan panas ini dapat melalui jalur evaporasi (Evaporative Heat Loss) dan jalur sensibel (Sensible Heat Loss). Jalur Evaporasi dapat terjadi melalui (a) penguapan dari permukaan kulit dengan bantuan keringat dan (b) pertukaran panas melalui saluran pernafasan, sedangkan jalur sensibel dapat terjadi secara radiasi, konduksi dan konveksi.
Pada suhu udara yang tinggi jalur utama pelepasan panas akan terjadi melalui jalur evaporasi, sedangkan pada suhu rendah akan melalui radiasi, konduksi dan konveksi.
2. Keseimbangan Energi
Penggunaan energi yang dikonsumsi (Gross Energy, GE) oleh ternak ruminansia, seperti sapi perah, sebagian besar hilang kedalam feses (Fecal Energy, FE), Urin (Urine Energy, UE), gas (CH4, HZ) dan panas fermentasi (Van es dan Boekholt, 1987). Energi metabolis (Metabolisme Energy, ME) yang merupakan selisih diantara GE dengan energi terbuang (FE + UE + gas + Panas fermentasi), merupakan energi yang sebenarnya digunakan oleh ternak ruminansia untuk hidup dan produksi.
Distribusi atau penggunaan energi dalam tubuh sapi perah laktasi lebih komplek dibandingkan dengan ternak yang lainnya. Hal ini disebabkan pada sapi perah laktasi ME yang tersedia untuk produksi sebagian akan disimpan dalam tubuh (pertumbuhan), untuk pertumbuhan fetus dan energi dalam susu. Akan tetapi pada ternak lain, seperti sapi dara atau sapi jantan dan anak sapi, ME untuk produksi ini hanya digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Oleh karena itu keseimbangan energi pada sapi dara secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
ER= ME – HP
dimana ER = Energi Retensi, ME = Energi Metabolis dan HP = Produksi panas.
Pengukuran keseimbangan energi ini telah dapat dilakukan dengan tepat yaitu dengan mengukur konsumsi ME dan produksi panas. Pengukuran energi dari suatu bahan pakan di laboratorium dapat dilakukan dengan bomb calorimeter. Jumlah dan kandungan energi pakan yang merupakan perbedaan dari pemberian pakan dan sisa yang tidak di konsumsi, dan jumlah ekskresi dapat dengan rnudah diukur demikian pula dengan jumlah energi yang ada didalamnya.
Pada ternak yang berproduksi tinggi, produksi panas merupakan bagian terbesar dari kehilangan ME (Coppork ,1985). Purwanto et al. (1990) menunjukkan bahwa sapi yang berproduksi susu 31,3 kg/hari menghasilkan panas metabolis yang lebih besar daripada yang berproduksi 18,5 kg/hari atau sapi kering kandang. Tingginya produksi panas pada sapi yang berproduksi susu tinggi ini disebabkan oleh besarnya konsumsi energi untuk memenuihi kebutuhan produksi susu.
Kurihara et al. (1991) mengamati pula bahwa pada sapi perah yang dipelihara pada kondisi suhu lingkungan yang panas akan mendapatkan tambahan panas, sehingga produksi panasnya akan meningkat. Mereka menunjukkan kenaikan sebesar 10% bila sapi dipelihara pada suhu udara 32°C dibandingkan pada suhu 18°C. Kenaikan produksi panas ini pada suhu udara yang tinggi atau pada saat stress panas mungkin berhubungan dengan adanya stress metabolis.

Selasa, 16 September 2008

TANDA-TANDA SAPI BIRAHI




BIRAHI PADA TERNAK
BAGAIMANA MENGETAHUINYA ....?



Dalam sekelompok atau sekawanan betina yang memperoleh pelayanan inseminasi buatan (IB), salah satu praktek manajemen reproduksi yang penting adalah deteksi berahi atau estrus atau heat, sehingga inseminasi dapat dikerjakan pada waktu yang tepat.
Sinkronisasi berahi bisa diterapkan pada kelompok sapi-sapi yang sehat dan jelas dalam keadaan tidak bunting, namun kadang-kadang memunculkan masalah pada kelompok sapi dara atau pada kelompok betina yang jumlahnya banyak sekali.

Berahi
Apa itu berahi ?
Berahi atau estrus atau heat, didefinisikan sebagai periode waktu dimana betina mau menerima kehadiran jantan, kawin, dengan perkataan lain betina atau dara aktif sexualitasnya.
Dalam program perkawinan alami atau IB, seorang manager reproduksi ternak haru smampu mengenali tanda-tanda berahi dan factor-faktor yang mendorong berlangsungnya tingkah laku berahi yang normal.
Kadar hormone estrogen yang tinggi mempunyai kaitan denga pemunculan tanda-tanda berahi, adapun pada dasrnya pemunculan tingkah laku berahi secara sempurna merupakan pengaruh interaksi antara estrogen dan indera, dalam hal ini terlibta satu gabungan inderan penciuman, pendengaran dan indera penglihatan. Indera perasa/sentuhan pun penting pada sapi betina yang melangsungkan perkawinan, melalui gigitan, jilatan, endusan merupakan bagian dari percumbuan sebelum kopulasi terjadi.
Pada umumnya, sapi betina induk adan dara enggan istirahat, aktif selama berahi.
Sapi-sapi betina mempunyai sifat yang unik, dimana cenderung homosexual, sehingga memudahkan dalam deteksi berahi sekalipun tidak ada pejantan. Betina yang berahi akan menyendiri, menaiki temannya, bahkan mungkin juga menciumi vulva dan seringkali mengangkat dan mengibas-ibaskan dan mungkin meninggalkan kelompoknya mencari pejantanekornya.
Betina-betina yang berahi mempunyai vulva yang lembab, lender bening seringkali nampak keluar dari vulva. Betina yang dalam fase lain dalam siklus berahi bisa jadi menaiki betina lain, tetapi tidak mau jika dinaiki, oleh karena itu betina diam dinaiki merupakan tanda tunggal yang kuat bahwa betina dalam keadaan berahi.
Jika seekor betina memasuki siklus berahi, manakala betina tersebut dalam keadaan fertile, dimana betina ini berovulasi atau melepas sel telur dari ovariumnya.
Waktu terbaik unatu menginseminasi dalah jika betina dalam keadaan standing heat, yaitu sebelum terjadi ovulasi.
Satu hal yang dianjurkan untuk mengadakan pendeteksian berahi adalah denga cara menempatkan sapi-sapi dara atau induk pada sebuah padang penggembalaan deteksi berahi. Padang penggembalaan ini seyogyanya cukup luas, memungkinkan betina-betina bisa kesana-kemasi dan bebas merumput, namun juga tidak terlalu luas, sehingga operator dapat mengadakan deteksi berahi dengan mudah.
Satu kunci sukses dalam deteksi berahi adalah lamanya waktu untuk mengamati betina-betina, memeriksa tanda-tanda berahi, adalah dianjurkan bagi operator meluangkan waktu selama minimal 30 menit pada pagi hari dan 30 menit pada sore hari. Operator juga dianjurkan memperhatikan betina-betina pada waktu-waktu yang sama setiap hari. Jadi, mempelajari mengenal tanda-tanda berahi dan mengetahuinya betina-betina yang sedang berahi merupakan kunci suksesnya satu program IB.
Catatan . Khususnya bagi peternakan sapi berskala kecil, sebagaimana yang ada di Jawa Timur pada umumnya, maka detksi berahi secara visual efektif setiap hari pada pagi dan sore hari bersamaan dengan waktu pemerahan susu atau kegiatan rutin lainnya.

Mengenali tanda-tanda berahi
Tanda berahi yang paling terpercaya adalah betina diam berdiri ketika dinaiki pejantan atau oleh betina lainnya dalam sekawanan sapi. Keadaan ini disaebut sebagai standing heat, karena perilaku ini adalah bersifat aktivitas fisisk, maka baik sekali dapat diketahui secara visual.
Karena seorang peternak tidak mungkin mengamatai ternak-ternaknya selama 24 jam penuh dalam sehari semalam, 7 hari dalam seminggu, maka beberapa tanda berahi saja yang ditemukan untuk menentukan bahwa seekor betina dalam keadaan berahi.
Ekor diangkat. Adanya pangkal ekor yang diangkat merupak satu tanda bahwa seekor betina mungkin dalam keadaan berahi. Hal ini berarti bahwa seekor induk atau dara akan tetap diam berdiri membiarkan dinaiki, satu tanda dari standing heat.
Aktif, enggan istirahat. Betina tidak mau diam, nervous bisa menjadi satu tanda bahwa betina dalam keadaan berahi.
Vulva bengkat. Salah satu dari beberapa tanda secara fisik yang bisa dikenali adalah vulva yang membengkak, sebagai akibat peningkatan aliran darah yang membesarkan pembuluh-pembuluh darah di daerah vulva. Vulva yang bengkak mudah dibedakan dengan vulva yang keriput sewaktu tidak dalam keadaan berahi.
Lendir bening. Lendir bening keluar dari vulva, seringkali melekat pada ekor, bagian belakang dari kaki belakang atau bahkan ke atas punggung, juga menjadi salah satu tanda berahi. Lendir yang kemrahan pada ekor menunjukkan berahi muncul 1 atau 2 hari sebelumnya.

Alat bantu deteksi berahi.
Catatan Perkawinan. Catatan perkawina atau aktivitas reproduksi secara umum merupakan alat bantu terbaik pada sapi-sapi induk. Catatan ini akan memberikan petunjuk betina-betina mana, baik induk maupun dara yang mengalami berahi pertama.
Chinball marker. Dalam seawanan sapi dalam jumlah besar, penggunaan alat bantu ini atau jantan pengusik dapat juga membantu mengetahui betina-betina yang mengalami berahi.. Chinball marker adalah sebuah alat Bantu berisi tinta yang dipasang di bawah rahang bawah atau mandibula.seekor pejantan yang divasectomi. Jika seekor pejantan dengan alat ini menaiki betina yang berahi, maka tinta akan menandai pada pinggul atau punggung betina tersebut, layaknya sebuah ball point.

Kamar heatmount detector. Kamar heatmount detector ditempatkan pada daerah pinggul dari betina induk atau dara, dengan alat ini betina-betina yang berahi dapat mengaktifkan satu reaksi kimia dalan tube Kamar, berubah warna dari putih menjadi merah, diperlukan waktu sekitar 3 detik untuk menjadi merah penuh.
Deteksi elektronik. Satu alat Bantu untuk mengetahui betina berahi yang semakin popular di Negara maju peternakannya adalah digunakannya alat yang dikenal dengan sebutan Heatwatch. Sebuah radio ransmitter ditempatkan dalam sebuah kantong kain, ditempelkan pada pangkal ekor. Jika seekor betina yang sedang standing heat dinaiki jantan atau betina lain dalam waktu 3 detik, maka transmitter mengirim data ke radio penerima yang dihubungkan ke komputer peternak. Data dapat dibaca, peternak dapat mengetahui betina-betina mana yang berahi. Karena program ini dapat berjalan selama 24 jam dalam sehari semalam, maka betina-betina yang berahi pada pagi dini hari, jam 2 sekalipun dapat diketahui. Namun demikian alat ini tidak 100 % efektif.
Satu gabungan dari beberapa cara deteksi berahi, pengenalan betina dan catatan perkawinan dapat meningkatkan angka kebuntingan. Ingat, bahwa masalah terkait dengan deteksi berahi pada sapi-sapi induk dan dara adalah lebih krits dari pada pada jenis-jenis ternak lainnya, karena adanya variasi lamanya berahi.

Menuju taqwa yang sebenarnya

JALAN MENUJU MUTTAQIEN
NUR HAFID

Bulan ramadlan memang bulan yang penuh ketenangan, umat islam melaksanakan ibadah puasa dengan khusuk tanpa gangguan suatu apapun. Sumber kemaksiatan sudah ditutp rapat oleh aparat penegak hukum. Kita selalu menyaksikan rutinitas ramadlan operasi aparat keamanan terhadap tempat – tempat maksiat lokalisasi, tempat perselingkuan, karaoke dan aneka macam hiburan lainnya, sehingga kita berharap puasa kita dapat betul-betul akan mencapai tujuan Lilmuttaqien (menjadi orang yang bertaqwa).
Cuman kadang-kadang hati kecil saya bertanya “ apakah kemaksiatan itu hanya pada bulan ramadlan saja … ?” karena kesan yang saya tangkap adalah operasi-operasi tersebut hanya dilakukan pada bulan ramadlan. Ini bukan berarti saya tidak setuju dengan kegiatan operasi tempat maksiat tersebut…. Saya sangat mendukungnya dan acungan jempol dua. Tapi dari pengalaman yang sudah, kegiatan semacam itu hanyalh tradisi ramadlan, setelah bulan ramadlan usai sumber-sumber kemaksiatan tersebut berjalan lagi seperti sedia kala, bahkan media massa sering merilis bahwa setelah lebaran (Idul ftri maksudnya) justru pelakunya bertambah karena si wanita penghibur (sebut saja PSK) akan membawa teman baru dari kampungnya. Kalau kita mau mengkaji lebih dalam akan makna puasa, sebetulnya puasa itu bukan finalisasi akan tetapi sebaliknya, puasa hanya merupakan jalan untuk menuju pertaubatan sesungguhnya. Jika yang terjadi seperti di atas maka puasa kita bisa dikatakan hanya mendapat lapar dan dahaga dan pertaubatan yang dilakukan sebulan lamanya, hanyalah taubat cabe rawit setelah taubat kita kerjakan maksiat lagi.
Alkisah seorang resi sebut saja Resi Baratwaja namanya, membangun sebuah padepokan tidak ditempat yang sunyi dan terpencil, melainkan ditengah hingar bingar kesibukan penduduk, bahkan kadang-kadang terasa amat bising. Disaat mereka memanjatkan do’a dimana memerlukan suasana yang hening agar do’a mereka tulus keluar dari hati yang khusu’, kebisingan tetap berjalan dan tetap mengganggu konsentrasi mereka. Baratwaja mengangap apa yang dilakukannya sudah benar, baginya berdo’a ditempat yang bising tapi tetap bisa khusu’ akan lebih baik disbanding berdo’a ditempat yang sepi. Karena menurut beliau jika berdo’a ditempat yang sepi semua orang mesti akan khusu’.
Santrinya berpendapat lain, jika ini dibiarkan mereka tidak akan bisa berdo’a dengan tenang. Maklum namanya santri biasanya tataran akhlaqnya belum begitu sempurna, yang keluar emosinya.” Maha Resi,” kata salah satu santri dengan nada tinggi, “sekali dua kali aku sabar menghadapi gangguan hingar bingar suara maksiat tetangga kita sebelah. Kesabaran kan ada batasnya Resi.”
“Kamu benar santriku” jawab sang resi dengan nada rendah
“Jika Maha Resi merestui, saya bisa menutup tempat maksiat disebelah padepokan kita ini”, kata santri kemudian dengan nada optimis.
“Jangan. Kita harus Sabar,” kata Resi
“Sampai kapan kita harus sabar? Saya kira kesabaran resipun ada batasnya,” Jawab santri itu lagi. “Kita tak mau terus menerus diganggu seperti ini, ini pelecehan.”
“ Sekali lagi kamu benar, santriku. Tetapi lupakah kamu bahwa kita berdo’a, kita berpuasa, itu artinya kita sedang ngomong masalah cinta, cinta kepada Tuhan dan dengan bahasa cinta-Nya pula? Kita sedang membuktikan bahwa kita taat, tunduk dan patuh kepada Nya. Kamu kira, layakkah kita lapor tentang cinta kepada Nya, akan tetapi diam-diam diluar kita membenci, bahkan menghancurkan mahluq Nya? Cinta macam apa jadinya ingat Tuhan telah menyatakan “Innallohi ma’assoobirin” Tuhan akan selalu beserta orang-oarng yang sabar”. Jawab sang Resi dengan tenang dan jelas tampak kearifannya.
Harus diakui bahwa secara sembunyi-sembunyi kita mempunyai sifat egoisme yang tinggi dalam hal ibadah. Kita paksa orang lain untuk berbuat toleransi kepada kita tetapi sebaliknya kita tidak mau mentolerir apa yang mereka kerjakan. Apakah perbuatan kita sebagai umat Islam sudah tepat, bukankah Agama Islam mempunyai ajaran Rahmatan Lil ‘alamin, itu artinya Islam mengajarkan kasih sayang bagi seluruh umat manusia.
Kembali kepada hakikat ibadah puasa, sebetulnya adalah merupakan penempaan diri kita. Kita berpuasa itu artinya kita sedang belajar untuk lapar, menahan dari nafsu kita dengan kata lain setelah kita belajar kelaparan selama satu bulan penuh, kita akan empaty pada teman-teman kita, saudara-saudara kita yang mungkin masih “kelaparan”. Setelah lulus dari latihan, sifat kebinatangan kita diharapkan akan hilang, kita tidak lagi makan makanan yang bukan hak kita, kita tidak lagi makan semen, aspal dan makan saudara kita sendiri. Sehingga kita terhindar dari “Asfalassafilin” serendah-rendahnya mahluq.
Oleh sebab itu ibadah puasa menurut Tuhan, adalah ibadah yang dilakukan hanya untuk Nya dan yang akan “meng gaji” hanyalah Tuhan. Itu artinya hanya tuhan yang tahu dan berhak menerima ibadah puasanya. Karena banyak umat Islam (termasuk yang mengaku-ngaku Islam) berpenampilan lapar, kelihatan lemas akan tetapi diam-diam diwarung yang sepi kita makan. Hal ini berbeda dengan ibadah lain, Sholat misalnya kita kalau tidak sholat akan kelihatan orang lain, tapi puasa tidak, hanya Tuhan yang tahu kita puasa apa tidak. Sehingga ibadah puasa dijadikan takaran sampai sejauh mana ketaatan dan kecintaan kita terhadap Nya.
Saya mengingatkan sebetulnya kita ini sering berlaku kemunafikan kepada Tuhan, bayangkan kita 5 kali dalam sehari bersumpah kepada Tuhan “Innasholati, wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillah” Sesungguhnya sholatku, ibadah hajiku, bahkan hidupku dan matiku hanyalah karena Alloh semata. Tapi diam-diam kita menginggkarinya, kita sholat, haji karena sesuatu lain, ini bisa karena macam-macam bisa karena bisnis, jabatan dan lain-lain. Apakah itu tidak munafik namanya ?
Akhirnya perjalanan ruhani selama puasa, bentuk amalan selama puasa memang sama. Haus dan laparnya sama. Tapi tidak dalam hal kualitasnya, sikap jiwa ketika berpuasa itu dilakukan, mungkin tidak bisa sama. Padahal dalam beribadah kepada Nya kualitas itulah yang menentukan. Semoga puasa kita selama ini akan betul-betul dapat menjadi jalan untuk mencapai kesucian diri betul-betul fitrah. Dan kemaksiatan yang sudah dihentikan selama bulan ramadlan tidak kembali lagi.